Sobat, pernah denger mitos dari orang zaman dulu?
Atau, mungkin sobat pernah mendengarnya dari papa dan
mama sobat sendiri?
Mitos bahwa orang bersuku Jawa diharamkan alias dilarang menikah dengan orang bersuku Sunda. Pasti
sobat yang belum mengetahuinya bertanya-tanya. Kenapa? Masa iya sobat yang bersuku Jawa harus memutuskan
pasangan yang amat kita cintai hanya karena karena doi terlahir dari keturunan Sunda, dan begitu sebaliknya.
Sekadar sharing ya... Saya sendiri pernah mengalaminya. Didiskriminasi
gara-gara adanya mitos tersebut (hahaha Sedih yaaa). Menurut mitos, apabila wanita Sunda
menikah dengan pria Jawa, maka pernikahannya tidak akan bertahan lama dan bisa
berujung perceraian. Mungkin berlaku juga sebaliknya. Parahnya, para aktivis mitos tersebut juga mempercayai kalau laki-laki Jawa sampai menikah dengan perempuan Sunda, si laki-laki Jawa akan lebih tunduk pada si perempuan Sunda.
Oke cukup curcolnya, kembali kepada mitos tadi. Semenjak saat itu
saya dibuat penasaran seperti apa sih sebenarnya mitos tersebut?
Mitos larangan pernikahan orang jawa dan sunda masih dipegang
segelintir orang. Meski tak ada literatur penyebab pasti asal-usul
diharamkannya perkawinan itu, namun dipercaya hal tersebut berasal dari
peristiwa “Perang Bubat”. Gara-gara pertikaian ini banyak orang jawa dan sunda tidak
bisa menikah. Dimana-mana perang memang ngeselin ya. Lalu, apa sih Perang Bubat
itu?
Intinya, pada perang itu, Kerajaan Padjajaran merasa dihina dan
ditipu oleh Kerajaan Majapahit, dan banyak orang dari Kerajaan Padjajaran yang
mati terbunuh dalam perang itu termasuk pemimpin mereka. Selain itu, ada pula
orang yang mengatakan bahwa orang Sunda lebih terhormat karena leluhur mereka
telah berkuasa lebih lama daripada orang Jawa. Karena itulah banyak keluarga di Jawa yang melarang anaknya jatuh cinta dan menikah dengan orang Sunda, begitupun sebaliknya.
Ada dua tinjauan dalam melihat kasus ini,
Pertama, tentang mitos jika orang jawa menikah dengan orang sunda,
kehidupan keluarganya akan sengsara.
Apapun mitos tetap mitos, ketika semua itu dikaitkan dengan takdir,
atau diyakini menjadi sebab sial, maka pelakunya terjerumus dalam kesyirikan. Meyakini
sesuatu sebagai sebab sial bagi kehidupan manusia, padahal tidak ada
hubungannya, disebut tiyaroh. Dan itu kesyirikan.
Kedua, mempertahankan fanatisme kesukuan.
Allah menegaskan bahwa
tujuan Dia menciptakan manusia dengan sekian perbedaan suku dan golongan, bukan
untuk menciptakan kesenjangan dan perbedaan. Namun agar mereka saling mengenal.
Sooo, buat sobat yang baca tulisan ini. Yang pernah mengalami hal
serupa atau yang sedang menjalani
hubungan serupa, dan mitos tersebut mendiskriminasi kalian, sabar ya gays... Coba deh jelaskan perlahan sama keluarga, bukan tidak mungkin merekapun akan mengerti.
Mitos tetaplah mitos, sejatinya jodoh, rezeki, dan maut adalah
mutlak takdir Allah swt. Jikapun mitos tersebut terjadi di keluarga, tetangga
atau di sekitar kita, menurut saya itu hanyalah takdir hidup manusia yang dikaitkan
pada kepercayaan mitos tersebut. Dan bahkan mempercayainya pun adalah sebuah
kesyirikan.
Sekian artikel tentang Mitos Pendiskriminasi kali ini. Semoga menambah wawasan dan pengetahuan kita mengenai mitos-mitos yang masih dipercaya oleh segelintir orang di zaman milenial ini. Nantikan terus artikel-artikel aku berikutnya yaaa...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar